Hai, Rek. Kulo mbalek maneh toh? hihihi.
Rek, kita lanjutkan lagi yah jalan-jalan ke Kota Manado, menurut mbah Google sama Oom Wikipedia. Come on....
Rek, kita lanjutkan lagi yah jalan-jalan ke Kota Manado, menurut mbah Google sama Oom Wikipedia. Come on....
Di Manado (part 1) berakhir di Kawanua. Saiki kita masuk ke Manado (part 2) yang diawali dengan Pariwisata. Wihhh.. Gak sabar wes. Cekidottt...
Pariwisata
Rek, pariwisata ndek Kota Manado iku, gak pernah lepas mbeg jeneng e Pantai. Pokok'e pantai iku wes dadi suatu tempat paling romantis deh ndek Kota Manado. Saiki, saya mau ajak kalian lihat-lihat pariwisata di Kota Manado.
Let's go...
Manado merupakan tempat pariwisata yang penting bagi pengunjung. Entah turis Lokal, Domestik, maupun Mancanegara. Ekowisata merupakan atraksi terbesar Manado. Scuba Diving dan Snorkelling di pulau Bunaken juga merupakan atraksi populer. Tempat lain yang menarik adalah Danau Tondano, Gunung Lokon, Gunung Klabat dan Gunung Mahawu. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian Kota Manado. Primadona pariwisata Kota Manado bahkan Provinsi Sulawesi Utara adalah Taman Nasional Bunaken yang oleh sebagian orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Taman Laut Bunaken adalah salah satu dari sejumlah kawasan konservasi alam atau Taman Nasional di Indonesia. Taman Laut Bunaken terkenal oleh formasi terumbu karangnya yang luas dan indah sehingga sering dijadikan lokasi penyelaman oleh turis-turis mancanegara. Mungkin bagi para pemula, bisa menjadikan Pulau Bunaken sebagai alternatif tempat menyelam yang bagus, sebelum menjamah Taman Laut indah lainnya di Indonesia. Pulau Bunaken adalah salah satu dari 5 pulau yang tersebar beberapa kilometer dari pesisir pantai Kota Manado. Letaknya yang hanya sekitar 8 km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1/2 jam sampai 2 jam perjalanan, membuat Taman Nasional ini mudah dikunjungi. Objek wisata lain yang menonjol di kota Manado adalah Klenteng Ban Hin Kiong di kawasan Pusat Kota yang dibangun pada awal abad ke-19 dan diperbaiki pada tahun 1970. Klenteng ini terletak di Jalan Panjaitan. Klenteng ini terdiri dari bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran naga dan tongkat kayu berapi. Saat yang paling baik untuk mengunjungi klenteng ini yaitu pada saat Tahun Baru Imlek, saat dipertunjukkannya tarian tradisional Tionghoa. Juga pada saat kedatangan parade tradisional Tionghoa, Tai Pei Kong yang berasal dari abad ke-14. Peristiwa tersebut merupakan festival "Taoist" tahunan terbesar yang diadakan di Asia Tenggara, sehingga menarik pelancong dari negara lain. Lokasi wisata lainnya juga adalah Museum Negeri Sulawesi Utara dan Monumen (Tugu Peringatan) Perang Dunia Kedua.
Ini nih salah satu ikon terbaik yang dimiliki oleh Kota Manado. Let's you see...
*Monumen Yesus Memberkati
Sebuah monumen yang diresmikan pada akhir tahun 2007 dan menjadi ikon baru Kota Manado adalah Monumen Yesus Memberkati. Bangunan ini didirikan di atas bukit di area perumahan elite Citraland Manado dan memiliki ketinggian 50 meter di atas permukaan tanah. Bangunan yang diprakarsai oleh Ir. Ciputra ini merupakan monumen Yesus Kristus yang tertinggi di Asia dan ke-2 di dunia setelah Christ the Redeemer yang berada di Kota Rie De Janeiro, Brasil. Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan pariwisata kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di hinterland, khususnya di Minahasa yang dapat dijangkau dalam waktu 1-3 jam dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di Tomohon, Desa Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama Pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan dan Taman Purbakala Waruga, Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Karena potensi wisata yang besar tersebut maka industri pariwisata di Kota Manado telah semakin tumbuh dan berkembang yang antara lain ditandai dengan cukup banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sampai akhir tahun 2001, terdapat 67 buah hotel atau penginapan, 15 buah biro perjalanan, 223 buah restoran dan rumah makan dari berbagai kelas. Oleh karenanya meskipun cukup terpengaruh oleh krisis ekonomi dan situasi nasional yang kurang kondusif, akan tetapi pariwisata di kota Manado tetap berlangsung. Pada tahun 1998 kunjungan wisatawan mancanegara adalah 34.509 orang, menjadi 11.538 orang pada tahun 2000 dan agak meningkat pada tahun 2001 menjadi 12.301 orang. Sedangkan wisatawan Nusantara pada tahun 1998 berjumlah 432.993 orang, kemudian turun menjadi 279.014 orang pada tahun 2000 dan terakhir pada tahun 2001 agak meningkat menjadi 291.037 orang.
Manado Kota Pariwisata Dunia 2010
Untuk meningkatkan potensi pariwisata Manado, Jimmy Rimba Rogi sebagai Walikota periode 2005-2010, mencanangkan Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia 2010, pencanangan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan potensi pariwisata di Kota Manado sehingga dapat diperhitungkan sebagai tujuan wisata dunia kelak. Beberapa kebijakannya yang paling dikenal adalah dengan melakukan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah lama berdagang di Taman Kesatuan Bangsa atau dulunya disebut Pasar ‘45 dan mengembalikan fungsi trotoar sebagai tempat pejalan kaki bukan sebagai tempat berjualan PKL. Upaya yang dilakukannya sangat berkontribusi dalam hal diraihnya kembali penghargaan Adipura untuk kota Manado pada tahun 2007.Kota Manado menjadi begitu terkenal di kanca Internasional sejak suksesnya event-event bergengsi yang bertaraf Internasional seperti; World Ocean Conference(WOC), CTI-Summit(tahun 2009), Sail Bunaken, Asian Pacific Conference, awal tahun 2012 lalu diselenggarakan Asean Tourism Forum(ATF) di Kota Manado dan kemungkinan pada pertengahan tahun 2013 akan diselenggarakan World Assembly of Youth(WAY), sehingga Kota Manado dipercayakan menjadi kota MICE (Meeting, Icentive, Conference and Exhibition). Bahkan Kota Manado menjadi salah satu destinasi wisata unggulan dari 10 daerah di Nusantara. Kota yang dikenal dengan smiling people ini, terus berusaha untuk memikat para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kota Tinutuan ini. Dengan makin banyaknya event dan bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, secara otomatis sektor pariwisata Manado makin bergairah. Di tahun 2012, leading sektor ini mengalami peningkatan secara signifikan. Tingkat hunian hotel, pengunjung diving resort, restoran dan tour and travel terus bertambah. Tahun 2012, total usaha pariwisata Manado berjumlah 939 buah. Tour travel 97 buah, diving center (24), hiburan malam (187), hotel berbintang (15), hotel melati (96), restoran (205) dan rumah makan (315). Jumlah ini naik dibandingkan tahun 2011 sebanyak 556 buah dan pada 2010 sebanyak 551.
Pesona wisata Manado dan Sulawesi Utara yang mampu menarik wisatawan tertuang dalam angka yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada Februari 2013 lalu wisatawan mancanegara yang berlibur di Kota Manado sebanyak 1.552 orang. Dari tahun ke tahun, terjadi kenaikan sebanyak 381 orang atau naik sebesar 32,54%. Dari 1.552 turis mancanegara, Republik Rakyat Cina mendominasi sebanyak 391 orang atau 25,19%, kemudian diikuti oleh United State of America(USA) berjumlah 119 orang atau 7,67%, lalu diikuti oleh Federal Republic of Germany sebanyak 115 orang 7,41%, dan Republic of Singapore 113 orang 7,28%. Sisanya 100 orang, yakni dari Malaysia 36 orang, Jepang 95 orang, Korea Selatan 18 orang, India 12 orang, Filipina 44 orang, Hongkong 45 orang, Thailand 20 orang, Australia 59 orang, Inggris 59 orang, Belanda 53 orang, Perancis 36 orang dan Rusia yang hanya 2 orang. Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Manado, melalui pintu masuk (poin of entry) Bandara Sam Ratulangi. Selain memiliki keunggulan objek wisata, Kota Manado juga memiliki posisi strategis yang berada di bibir pacific (Pasific Rim) yang merupakan jalur perdagangan dunia serta pusat distribusi barang dan jasa. Kendati demikian, ada beberapa Objek Wisata di Kota Manado, yang belum sepenuhnya terjamah oleh wisatawan mancanegara. Berikut ini saya bagikan objek wisata yang ada di Kota Manado.
Objek Wisata Alam di Manado
Objek wisata alam di Manado cukup menjanjikan. Kendati terbilang tidak banyak, namun pemandangannya mempesona.
Gunung Tumpa
Berada di Kelurahan Meras, Kecamatan Bunaken, sekitar 45 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Gunung Tumpa memiliki lingkungan alam yang asri karena dikelilingi pepohonan yang menghijau dan perkebunan kelapa rakyat. Dari puncak gunungnya, kita dapat melihat pemandangan Kota Manado secara keseluruhan sampai Pulau Bunaken dengan sudut pandang 180°. Disamping itu dapat pula menikmati panorama matahari terbit di ufuk timur (sunrise), matahari terbenam di ufuk barat (sunset) dan bulan purnama (fool moon). Juga terdapat bukit doa. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati keindahan alam dan menikmati buah kelapa serta ziarah di Bukit Doa. Fasilitas yang tersedia yaitu taman rekreasi Mambre Green Hills.
Air Terjun Kima
Berada di Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget, sekitar 50 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Disekitar air terjun bersusun tiga ini, tumbuh pepohonan yang menghijau sehingga menampakkan suatu pemandangan dan panorama alam yang indah dengan suasana lingkungan yang sejuk dan tenang. Airnya mengalir ke sungai kima yang bersih dan bermuara di pantai Manado. Merupakan tempat wisata alam dengan obyek kunjungan wisata, yaitu pemandangan dan panorama alam. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati keindahan alam dan tamasya pemandian alam (air sungai).
Objek Wisata Sejarah di Manado
Objek wisata sejarah di Manado, cukup banyak dan tersebar di beberapa tempat. Berikut objek-objek wisata sejarah yang dapat menjadi salah satu pilihan anda berlibur :
Patung Wolter Mongisidi dan Pierre Tendean
Di kawasan Jalan Boulevard Manado, tepatnya di Kelurahan Sario Tumpaan, Kecamatan Sario, terdapat Patung Pahlawan Nasional Wolter Robert Mongisidi. Putra Bantik Malalayang yang biasa disapa Bote ini, tewas dibunuh regu temak Belanda di Makassar, Sulawesi Selatan karena berjuang melawan penjajah Belanda. Bote dikenal dengan semboyannya Setia Hingga Akhir dalam Keyakinan. Hingga menghembuskan nafas terakhir Bote tetap tidak mengakui kekuasaan Belanda. Bahkan Bote yang saat itu akan menjalani eksekusi, memilih matanya tidak ditutup saat akan ditembak mati. Sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa-jasa Bote, didirikanlah Patung Wolter Robert Mongisidi. Di samping patung tersebut, berdiri juga Patung Pahlawan Revolusi Kapten Piere Tendean, Putra Minahasa yang gugur pada peristiwa G30S/PKI. Piere Tendean dikenal sebagai sosok yang rela mengorbankan nyawanya demi membela Pancasila.
Patung Sam Ratulangi
Patung bersejarah lainnya terletak di kelurahan Ranotana, kecamatan Sario, yakni Patung Samratulangi. Sam Ratulangi lahir di Tondano pada tanggal 5 Nopember 1890. Merupakan Doktor Matematika pertama di Indonesia. Ia juga yang memprediksi kapan Indonesia merdeka. Ia mengatakan Indonesia merdeka setelah laut pasifik terbakar (pada saat terjadi pemboman di Nagasaki dan Hiroshima Jepang). Sam Ratulangi adalah pencetus semboyan Si Tou Timou Tumou Tou yang artinya manusia memanusiakan manusia(Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain) Dalam ungkapan Bahasa Manado, sering dikatakan: "Baku beking pande" yang secara harafiah berarti "Saling menambah pintar dengan orang lain". Ia pula yang menamakan bangsa Indonesia dengan sebutan Indome yang dari bahasa tombulu yang artinya menyatukan/bersatu. Ia pernah dipenjara di Makasar (1946-1948) dan di internir ke Irian. Juga pernah ditangkap oleh tentara Jepang bersama Soekarno (mantan Presiden RI pertama) pada tanggal 12 Januari 1949. Ia meninggal pada tanggal 30 Juni 1949 yang diduga karena gangguan kesehatan.
Monumen Batalyon Worang
Terletak di pusat kota kelurahan Wenang Utara, kecamatan Wenang, monumen ini merupakan peringatan terhadap perjuangan salah satu batlyon TNI (Tentara Nasional Indonesia) Angkatan Darat pimpinan Mayor H.V. Worang (Mantan Gubernur Sulawesi Utara) yang ketika itu melakukan pendaratan di Minahasa untuk melawan penjajah. Monumen ini terlihat begitu patriotik dan sangat mengugah semangat juang.
Patung Walanda Maramis
Terletak di kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Dibangun dengan sosok wanita yang bersifat keibuan Indonesia. Maria Walanda Maramis merupakan pelopor pejuang kaum wanita di Sulawesi Utara dalam bidang pendidikan dijaman pendudukan Belanda serta pendiri organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anaka Temurunnya). Merupakan objek kunjungan wisata sejarah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan berupa mengenal sejarah perjuangan seorang wanita asal Sulawesi Utara. Fasilitas yang tersedia yaitu tempat parkir dan pusat perbelanjaan.
Patung Toar Lumimuut
Terletak di kelurahan Komo Luar, kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Nampak indah dan mengagumkan menghiasi wajah Kota Manado. Patung ini mengingatkan kita pada sejarah orang Minahasa. Alkisah seorang yang bernama Karema mengucapkan doa didepan sebuah batu karang. Tiba-tiba batu karang itu terbelah dan keluarlah seorang wanita cantik dan diberi nama Lumimuut, yang artinya wanita yang tercipta dari batu karang. Setelah melalui suatu upacara, yakni Lumimuut berdiri menghadap arah barat yang sedang berhembus angin kencang, tiba-tiba Lumimuut hamil lalu melahirkan seorang anak laki perkasa yang kemudian diberi nama Toar. Akhirnya Toar mengawini ibunya Lumimuut dan keturunan mereka hidup sepanjang masa. Merupakan objek wisata kunjungan budaya dan wisata sejarah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan berupa mengenal sejarah makhluk manusia pertama yang mendiami tanah Malesung atau Minahasa.
Museum Negeri Manado
Terletak di Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, sekitar 20 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Museum Negeri Manado merupakan tempat rekreasi sekaligus penelitian karena didalamnya tersimpan dengan baik berbagai peninggalan kebudayaan nenek moyang orang Minahasa, budaya masyarakat Sulawesi Utara dan daerah lainnya di Indonesia. Tersimpan pula didalamnya peninggalan-peninggalan sejarah kuno termasuk juga peninggalan bangsa lain yang pernah singgah di tanah Minahasa seperti Portugis, Belanda dan Jepang. Merupakan tempat wisata budaya dengan objek kunjungan wisata, yaitu peninggalan purbakala dan peninggalan sejarah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan berupa melihat dan mengenal tata cara hidup suatu masyarakat.
Tugu Pendudukan Jepang
Terletak dikompleks tempat pemakaman umum (TPU) Teling, Kelurahan Teling Atas, sekitar 30 menit dari pusat kota yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Pada setiap tahunnya sering dikunjungi para veteran Dai Nippon (Tentara Jepang) yang pernah menjajah Indonesia sekedar untuk bernostalgia. Merupakan objek kunjungan wisata sejarah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa melihat dan mengenal sejarah pendudukan Jepang di Manado.
Meriam Kuno
Terletak di depan Kantor Gubernur Sulawesi Utara dan Markas Korem 131/Santiago Manado. Meriam Kuno ini adalah peninggalan jaman pendudukan Belanda. Masih terawat dengan baik yang dikoleksi sebagai pajangan di depan Kantor Gubernur Sulawesi Utara dan Markas Korem 131/Santiago Manado. Merupakan tempat wisata peninggalan sejarah.
Veld Boog
Veld Boog tersebar di beberapa wilayah Kota Manado, yakni Kelurahan Kleak, Wanea, Pakowa, Tuminting, Bumi Beringin, Istiqlal, dan Titiwungen Selatan. Veld Boog Belanda ini merupakan bekas benteng pertahanan tentara Belanda pada masa penjajahan di Manado. Terbuat dari beton berbentuk bundar dan sangat kokoh.
Goa Jepang
Goa Jepang tersebar di beberapa wilayah Kota Manado, yakni Kelurahan Singkil Satu, Tanjung Batu, Titiwungen Selatan, Pakowa, Tikala Ares, dan Kairagi. Goa-Goa Jepang ini terdapat di bagian belakang pemukiman penduduk, sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan kebutuhan/perlengkapan perang serta tempat persembunyian tentara Jepang pada perang dunia ke-II. Salah satu goa yang masih terawat baik yakni di Kelurahan Singkil Satu Lingkungan III, dimana didalamnya terdapat mata air (sumur) dan beberapa kamar. Merupakan tempat wisata peninggalan sejarah.
Monumen Perang Dunia II
Terletak di pusat kota Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang. Gereja GMIM Sentrum berada di titik 0 (nol) pusat Kota Manado. Dahulunya adalah Oude Kerk (Gereja Tua) dari bangsa Belanda yang datang menduduki Indonesia dan sampai sekarang tetap mempertahankan arsitektur asli bangunan Belanda, dipakai sebagai pusat ibadah Gereja Masehi Injili di Minahasa, pada waktu-waktu tertentu menggunakan bahasa Belanda. Bahkan Ratu Belanda pun pernah berkunjung ditempat ini. Didepannya terdapat sebuah Monumen Perang Dunia II yang merupakan tempat peringatan menangnya tentara Sekutu atas pendudukan Jepang. Merupakan tempat wisata religius dan wisata sejarah. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa melihat dan mengenal kehidupan religius bangsa Belanda.
Objek Wisata Bahari di Manado
Objek wisata bahari di Manado telah tersohor di penjuru dunia. Berikut daftar objek wisata bahari di Kota Manado.
Pulau Bunaken
Berada di Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken, sekitar 7 mil dari Pelabuhan Manado yang dapat ditempuh selama 35 menit dari pusat kota dengan mengunakan perahu motor. Pada awalnya bunaken adalah pulau karang (atol). Luas wilayahnya sekitar 887,5 hektar dengan kondisi morfologi sedikit bergelombang. Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu Taman Laut terindah di dunia. Sebagian besar wilayah pantainya terdiri dari hutan bakau dan pasir putih. Lautnya terdapat terumbu karang keras dan lembut, dinding karang yang terjal, dengan beraneka bentuk dan warna biota laut diantaranya terdapat ikan hiu, kura-kura, mandarin fish, kuda laut, ikan pari dan yang terkenal adalah Ikan Purba Raja Laut (Coelacanth) dan masih banyak lagi yang membentuk taman laut nan indah. Keindahan taman lautnya dapat dilihat pada lokasi-lokasi yang disebut dengan Lekuan 1, 2, dan 3, Fukui, Mandolin, Tanjung Parigi, Ron’s Point, Sachiko Point, Pangalisang, Muka Kampung dan Bunaken Timur. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati taman laut dengan cara sightseeing (berkeliling), naik perahu berkaca (katamaran), snorkling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam), dan photography underwater, serta berjemur badan dan tamasya pantai. Fasilitas yang tersedia, yaitu perahu kaca (katamaran), diving centre, penginapan, rumah makan, pendopo, dan kios cenderamata.
Pulau Siladen
Berada disebelah timur laut pulau bunaken, kecamatan bunaken, sekitar 8 mil dari pusat kota yang dapat ditempuh selama 45 menit dengan menggunakan kapal motor. Pulau siladen mempunyai luas 31.25 ha dikelilingi pantai pasir putih dan lautnya terdapat terumbu karang dengan biota laut yang beraneka bentuk dan warna sehingga membentuk suatu taman laut yang cukup indah. Keindahan taman lautnya dapat dilihat pada lokasi yang disebut dengan Siladen 1 dan Siladen 2. Merupakan tempat wisata tirta (air) dan wisata bahari (kelautan) dengan objek kunjungan wisata yaitu air/laut dan pantai.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati taman laut dengan cara sightseeing (berkeliling), naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam) dan photography underwater (foto bawah laut), serta berjemur badan di pantai. Fasilitas yang tersedia, yaitu perahu berkaca (katamaran), diving centre, cottage (penginapan) dan café.
Menuju SiladenKegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati taman laut dengan cara sightseeing (berkeliling), naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam) dan photography underwater (foto bawah laut), serta berjemur badan di pantai. Fasilitas yang tersedia, yaitu perahu berkaca (katamaran), diving centre, cottage (penginapan) dan café.
Perjalanan menuju pulau Siladen bisa ditempuh melalui dua alternatif: pertama, dengan menggunakan perahu transportasi umum. Perahu ini yang hanya ada satu kali sehari dan dari manado berangkat sekitar antara jam 13.00 s/d 15.00 (tergantung pasang-surut air). Jadi kalau ingin ke pulau Siladen dengan menggunakan perahu transportasi umum, anda harus siap-siap menginap di pulau Siladen, karena perahu ini baru akan kembali ke manado keesokan harinya sekitar jam 07.00 pagi. Jadi sebenarnya maksud dari jadwal sekali sehari itu adalah dari pulau Siladen ke Manado berangkat jam 07.00 pagi dan akan kembali lagi dari manado ke pulau Siladen sekitar jam 13.00, jam 14.00 atau jam 15.00. Sementara itu, ongkos perjalanan dengan menggunakan perahu ini adalah untuk non penduduk asli pada kisaran Rp 25,000 – 50,000 per orang. Kedua, dengan menggunakan perahu speed boat yang dapat di charter oleh para wisatawan. Dengan cara ini wisatawan dapat berangkat ke pulau Siladen kapan saja dan jam berapa saja, lalu bisa kembali pada sore hari itu juga, atau juga bisa dilanjutkan dengan menginap di pulau siladen. Untuk ongkos perjalanan menggunakan speed boat ini wisatawan diharuskan membayar biaya charter perahu one way dari manado ke pulau Siladen dengan harga sampai Rp 250,000 – Rp 300,000 (per speed boat). Kalau untuk sewa satu hari pulang pergi di hari yang sama, wisatawan harus merogoh kocek sebesar Rp 600,000. Sampai di Pulau Siladen wisatawan akan mendapat sambutan yang hangat oleh penduduk sekitar pulau karena selain memiliki keindahan alam yang khas, juga kehidupan masyarakat pulau Siladen yang cukup unik. Mereka sangat bersahaja dan sangat ramah kepada para pengunjung.
Pulau Manado Tua
Berada dalam batasan teluk Manado di kecamatan bunaken, sekitar 10 mil dari pusat kota yang dapat ditempuh selama 60 menit dengan menggunakan kapal motor. Manado Tua adalah pulau terbesar dari kelompok pulau-pulau yang berada dalam batasan teluk Manado. Pantainya terdiri dari campuran pasir putih dan karang. Terdapat taman laut yang cukup indah karena terdiri dari terumbu karang, ikan hias, ikan konsumsi dan biota laut lainnya. Di sekeliling pulau terdapat jalan kecil yang sudah dibetonisasi. Ditempat yang disebut tanjung raja terdapat jangkar kapal peninggalan Portugis sedangkan ditempat yang disebut tanjung kopi menjadi tempat bertelur dari tuturuga (penyu) pada setiap bulan purnama.Terdapat pula perkebunan kelapa rakyat dan pohon mangga milik rakyat. Di atas puncak gunungnya terdapat hutan lindung. Merupakan tempat wisata tirta (air), wisata bahari (kelautan), wisata alam, dan wisata argo (pertanian) dengan pbyek kunjungan wisata, yaitu air/laut dan pantai, pemandangan dan panorama alam serta perkebunan rakyat. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati taman laut dengan cara sightseeing, (berkeliling), naik perahu berkaca (katamaran), snorkeling (berenang memakai alat pernapasan), diving (menyelam) dan photography underwater (foto bawah laut), rekreasi/olahraga air dengan cara boat sailing, (berperahu layar), dan ski air/jet ski, serta berjemur badan dan tamasya pantai, menikmati buah kelapa dan mangga, jogging. Fasilitas yang tersedia, yaitu perahu kaca (katamaran), diving centre, cottage (penginapan), rumah makan, pendopo, dan kios cenderamata.
Pantai Malalayang
Berada di Kelurahan Malalayang Dua Kec. Malalayang sekitar 5 menit dari terminal malalayang yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Pantai Malalayang memiliki pantai pasir hitam dengan sedikit bebatuan. Banyak orang datang berkumpul pada setiap hari Minggu dan hari-hari libur lainnya sekedar untuk menikmati pemandangan teluk Manado dengan latar belakang Pulau Manado Tua dan Pulau Bunaken sambil menikmati panorama sunset serta mandi-mandi dipantai dengan memakai beynen (ban dalam mobil yang telah diisi angin) atau sekedar duduk-duduk sambil makan pisang goreng serta beraneka penganan khas Manado. Merupakan tempat wisata alam dan wisata tirta (air) dengan obyek kunjungan wisata yaitu pemandangan dan panorama alam serta air/ laut dan pantai. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan, berupa menikmati keindahan alam, pemandian alam (laut) dan tamasya pantai. Fasilitas yang tersedia yaitu warung makanan dan minuman khas Manado serta tempat bilas.
Pulau Mantehage
Pulau Mantehage yang didominasi hutan bakau merupakan salah satu deretan pulau cantik yang membentuk Taman Laut Nasional Bunaken-Manado. Pulau Mantehage secara administratif masuk wilayah Kecamatan Wori, Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Di pulau ini hanya terdapat empat desa yaitu Desa Tangkasi, Desa Buhias, Desa Tinongko, dan Desa Bongo. Balai Pengelola Taman laut Nasional Bunaken-Manado menetapkan Pulau Mantehage sebagai salah satu tujuan wisata bahari. Walaupun pulau ini berada di tengah laut, uniknya mayoritas penduduknya yang tersebar di empat desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani bukan nelayan. Kemungkinan hal ini karena peraturan yang dibuat oleh Balai Pengelola Taman laut Nasional Bunaken-Manadon hanya memperbolehkan penduduk Pulau Mantehage menangkap ikan dengan batas tertentu. Taman laut di Pulau Mantehage sangat indah dengan biota laut beraneka ragam, bentuk dan warna. Dari 390 spesies terumbu karang dan 91 jenis ikan yang berada di Taman Laut Nasional Bunaken-Manado diantaranya adalah ikan kuda gusimi lokal (Hippocampus), koi putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Spilotocepsep hinephelus dan Hypselosoma Pseudanthias) dan nila gasi (Scolopsis bilineatus). Beberapa jenis ganggang juga dapat ditemui disini. Keberadaan berbagai jenis ikan di perairan Pulau Mantehage karena perairan pulau ini merupakan kawasan pusat ikan dan biota laut lainnya mencari makan. Jarak pandang di dalam laut berkisar antara 20 meter sampai 35 meter dengan temperature udara 26 derajat celcius hingga 31 derajat celcius. Ombak di pulau ini tidak kuat dan terbilang tenang dengan arus sedang sehingga hal ini memugkinkan kita dapat melihat taman laut seperti terumbu karang dan ikan warna-warni hanya dengan jarak 5 meter saja. Menyelam di Pulau Mantehage merupakan aktivitas yang paling menarik. Menyaksikan pemandangan dunia bawah laut menjadi sensasi dan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Ada beberapa titik penyelaman di perairan Pulau Mantehage mulai dari penyelaman di lokasi landai yang kaya terumbu karang dan beberapa jenis ikan dengan warna-warni menarik berenang kesana kemari. Untuk itu siapkan kamera water case, untuk mengabadikan pemadangan dan momen-momen indah yang dapat kita saksikan di perairan Pulau Mantehage. Menyelam di Perairan pulau ini mungkin bisa menjadi pelampiasan rasa ingin tau mengenai kehidupan bawah laut yang menakjubkan.Kegiatan di air lainya yang bisa di lakukan adalah snorkling. Kegiatan ini cocok bagi para penyelam yang belum profesional atau belum mempunyai pengalaman menyelam sama sekali. Berenang juga bisa menjadi alternatif lain, karena ombak dan arus di pulau ini tidaklah besar. Hamparan pasir putih yang terlihat seperti permadani berwarna putih akan memberikan sensasi tersendiri ketika kita berjalan di atasnya. Setelah letih menyelam dan snorkling, kita bisa menggelar kain pantai atau langsung merebahkan tubuh di atas pasir untuk melepaskan rasa letih sambil menyaksikan birunya langit yang menaungi Pulau Mantehage.
BERSAMBUNG....
Baiklah para pembaca, saya pamit undur diri. Kita akan bertemu lagi dalam Manado (part 3). Sekian dan terima kasih. God Bless You :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar